Beberapa hari yang lalu, aku menulis tentang bulan ini. Bulan yang ter-ter-ter entah ter apa. Dan lucunya, semua itu rasanya bukan kebetulan semata. Bulan ini aku kehilangan sahabatku. Sahabat jauh yang baru kuakui sebagai sahabat karena ia yang mulai mengakuinya di akhir hidupnya. Haha, lucu ya? sangat lucu sekali. Sampai aku tak bisa berhenti tersenyum sambil menangis.
Baru kali ini rasanya jerih melihat profil social network seseorang yang telah tiada. Tolong jangan tanya kenapa, karena aku tak tahu dengan pasti apa sebabnya.
Hem..berkali-kali kucoba tahan sesak di tenggorokan karena ingin menangis dan berteriak. tapi lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum sambil menangis. Senyum yang jerih. Senyum yang akan jadi alat untuk mengikhlaskan semua ini sebelum diikhlaskan.
Ah, aku tak suka kata sabar dan kini bertambah menjadi tak suka kata tabah. Mungkin kata ikhlas lebih baik, meskipun sama-sama abstrak. Sama-sama absurd. Sama-sama tak ingin kuucapkan untuk orang lain.
Kau tahu, daripada aku mendengar kata sabar, tabah atau mungkin kata ikhlas, aku lebih suka mendengar kata hiburan seperti "semangat" "bangkit" "fighting" atau apapun yang membuatku tak bersahabat dengan derita yang kurasa. Tapi sekarang, rasanya sudah cukup menentang semua.
Aku tak suka sabar, karena aku tahu aku tak bisa sabar dan sikapku yang demikian tak mencerminkan rasa sabar walaupun aku sendiri merasa aku sudah bersabar. Haaahh..sabar..kumenghela nafas panjang-panjang untuk memaknainya walau tetap tak termaknai. Ya ya ya..kata bukan terkait makna saja, karena banyak makna yang terkait dalam satu kata.
Kau tahu, aku rasa kejadian kemarin dan tulisanku sekarang memang menguntai satu keterkaitan yang aku sendiri sadar tapi sulit untuk menjamahnya.
Keterkaitan yang absurd tapi nyata. Keterkaitan yang membuatku bertanya mengapa dan mengapa. Keterkaitan yang membuatku mengangguk saat beberapa pertanyaan terjawab dengan sendirinya. Keterkaitan yang masih berkaitan dengan kejadian sebelum dan sesudahnya.
Ah, rasanya Carl Gustav Jung dengan teorinya tentang keterkaitan keadaan sekarang dengan sebelum dan sesudahnya itu benar adanya.
Aku tak tahu apa arti keterkaitan ini. keterkaitan yang tak ubahnya gelombang di lautan lepas sana. Pasang surut tiada henti. mendekat ke daratan lalu menjauh. menggulung lalu terpecah.
Yang jelas aku percaya. Semua keterkaitan ini pasti tertuju pada maksud yang lebih dalam lagi daripada ini semua. Sang pengait cerita itu Maha Tahu apa yang terbaik untuk desain kehidupan seseorang. Terkait, dikaitkan, berkaitan. Kait. K-A-I-T.
2 comments:
paralel mba yuu ^_^,.
iya, paralel dari awal konsepsi sampai mati :D
Post a Comment