Pagi itu aku naik angkot dengan
menggerutu. Dadaku sesak dengan rasa kesal yang tak menentu. Namun seketika
bisa hilang karena tingkah polah bocah yang arif tiada dua. Ia menghafal surat
Al-Kautsar dan mengulangnya berkali-kali. Awalnya aku tak memperdulikannya.
Tapi anak itu terus mengulang hapalannya. Tiba-tiba hatiku terenyuh entah
mengapa. Hapalan anak kecil itu menenangkan otakku yang berkutat dengan
kemarahan. Tapi hingga kini, aku tak mengingat penyebab kemarahanku saat itu.
Yang kuingat hanya celoteh hapalan surat Al-kautsar yang terdengar samar-samar
dari anak kecil itu. Dik, semoga kau jadi anak yang sholeh ya. Terimakasih
Tuhan, Kau sangat baik padaku.
0 comments:
Post a Comment